Mengenai Kesuksesan Hari Ini
Tulisan ini 100% curhat.
Hari ini, media sosial pertama yang saya buka adalah Path.
Di sana saya menemukan beberapa notifikasi baru. Setelah dibuka, ternyata semua notifikasi itu berasal dari satu postingan dari kawan saya. Isinya adalah screencapture halaman akun saya yang menyatakan bahwa saya lolos beasiswa LPDP. Saya tercabik antara geli dan kesal. Geli, karena saya seharusnya sudah tahu bahwa dia akan mengunggah foto tersebut ketika dia minta semalam. Kesal, karena sejatinya saya maluuu foto tersebut diunggah...atau jika hal tersebut diumumkan. Saya aja belum tentu berangkat....karena yah, kita nggak tau kan yah besok akan terjadi apa. Masih ada PK, yang bisa aja nggak lolos (DENGAN IZIN TUHAN SAYA AKAN LOLOS!). Saya pun belum daftar kuliah, yang bisa aja nggak diterima (DENGAN IZIN TUHAN SAYA AKAN DITERIMA!). Intinya, masih jauh antara saya sekarang dan saya yang akan kuliah di luar negeri dengan dibiayai oleh negara itu.
Banyak yang berpikir bahwa saya telah sukses. Saya hanya bisa mengamini, terharu.
Kalau saya ditanya, apakah saya sudah puas dengan saya sekarang? Belum. Saya belum puas.
Kalau saya ditanya, apakah saya merasa diri saya sukses? Belum. Saya belum sukses.
Tapi...
Saya merasa cukup puas dengan kesuksesan hari ini.
Hari ini? Ya, hari ini. Sekarang ini.
Saya bisa dapat beasiswa, orang tua saya sungguh begitu bangganya pada saya. Their hearts were practically almost exploded with pride and happiness.
Waktu seorang sahabat saya bilang "Lu keren banget, Da, gue bangga!". Jawaban saya..."Gue aja bangga sama diri gue sendiri :')"
And that's true. I'm so damn proud of myself right now.
Sahabat saya itu, bukan satu-satunya yang bilang begitu. Tapi dia satu dari sedikit yang tahu jungkir balik saya selama ini. Dia satu dari sedikit yang tahu betapa pemalasnya saya sebetulnya, dan bahwa kemalasan saya itu lawan utama saya mencapai kesuksesan. Dia satu dari sedikit yang tahu bahwa dibalik saya yang kaku, galak, dan sepertinya pinter ini, ada saya yang kerjaannya merengek-rengek mengenai tugas sehari-hari.
Ya. I'm human.
Saya juga perlu belajar. Saya juga merasa malas..75% waktu saya merasa malas, 25% sisanya saya manfaatkan semaksimalnya. Saya juga merasa beban hidup saya terlalu berat pada beberapa titik (oke ini lebai). Maksudnya, saya juga merasa tugas-tugas saya banyak, berat, menyita waktu, dan membutuhkan usaha untuk dikerjakan. Saya juga sering mengeluh. Sering banget malah hahaha. Tapi cuma ke beberapa orang. Di mata orang-orang lain, tiba-tiba nilai saya keluar A. Duh. Engga lah. Mereka nggak tau saya belajar. Mereka nggak tau di kelas saya bener-bener merhatiin dosennya ngomong, alih-alih main hp dan ngobrol. Mereka nggak tau saya bikin resume kalau lagi nggak males (haha). Mereka nggak tau saya bisa belajar dari ndengerin mereka belajar pas sebelum ujian atau ngebaca sekilas resume mereka. Lalu. Di mata orang-orang lain, tiba-tiba saya fluent berbahasa inggris. DUH. ENGGAK LAH. Mereka nggak tau dari kecil saya sudah dicekokin lagu evergreen, disuruh baca buku-buku anak-anak berbahasa inggris, disuruh les...buat Bapak saya les bahasa inggris dan sekolah sama pentingnya. Saya nggak boleh bolos kecuali saya sakit dan/atau ada alasan lain yang sangattt mendesak. Sekali waktu saya bahkan les bahasa inggris pakai makeup lengkap dan sanggul karena saya baru selesai jadi panitia perpisahan senior! Mereka nggak tau.
Jadi waktu saya menelepon seorang sahabat yang lain (well yes, I called whole lots people to tell them about the news...but only important persons), dan dia komentar kurang lebih begini:
"Hah. Lu? Ke England? Yakin lu? England lho. Four seasons. Lu sendirian pula. Ntar lu balik-balik kurus gimana? Pounds Sterling itu MAHAL. Pake duit negara lagi. Ckck. Gue nggak yakin lu bisa. Kemarin aja lu bolak-balik nelponin gue buat ngerengek-rengek, yang tugasnya banyak lah, yang nggak selesai-selesai lah, gimana ntar, kuliah S2, di England, waktunya cuma setaun. Udalah nggak usah berangkat aja..."
Saya merasa mak deg. Kesal, tapi jauh lebih dari itu, merasakan kebenaran yang luar biasa. Can I do it? Will I able to be responsible to my responsibility? Will I survive? Will I be succeed?
Berhari-hari saya jengkel. JENGKEL BANGET. Jengkel karena dihina-dina ketika orang lain memuji-muji, jengkel karena itu benar juga.
Then I come into a conclusion....
Saya sukses hari ini, karena apa yang saya lakukan di masa lalu. Semua belajar itu, semua les bahasa inggris itu, hingga taraf tertentu telah terbayar hari ini. Saya sukses. Karena masa lalu. Hari ini akan menjadi masa lalu, besok. Oleh karena itu, besok, saya harus sukses karena apa yang saya lakukan hari ini. Jadi saya pasti bisa, saya pasti sukses, kalau saya mulai merintis kesuksesan itu, sekarang.
Sukses hari ini, karena masa lalu.
Sukses masa depan, karena hari ini.
Jangan menyerah, diriku sendiri. Jangan menyerah.
Comments
Post a Comment