Hi Gal, I Miss You...

Aku nggak pulang tadi malem. Dan beberapa minggu belakangan ini kalau pun pulang aku duduk di meja belajar, ngerjain laporan. Minggu ini laporan agak longgar. Tapi tetep aja aku menghabiskan waktu di meja belajar. UTS sih -__-
Tadi tiba-tiba Bapak bilang gini, "Eh Nak, tadi Bapak sms kamu lho. Tapi HP-mu mati ding ya. Sebenernya sms-nya udah daritadi, cuma Bapak nggak tau kalo nggak terkirim."
"Hah? Bapak sms ke nomor yg XL? Emang sms apa? Kan Bapak udah tau kalo HP-ku sedang diperbaiki.."
"Ya kan Bapak bilang, smsnya udah dari tadi. Cuma baru ngeh aja kalo belum terkirim. Terus tetep Bapak kirim. Tapi HP-nya mati. Jadi nggak bisa terbaca juga deh."
"Oh. Emang sms apa?"
Setelah itu Bapak ngambil HP, ngutek-ngutek sebentar, buka sent items terus nunjukkin smsnya. Tau enggak sih, Bapak sms apa? Pendek sih. Tapi...ternyata...
Hi gal, I miss u
Aku langsung diem. Nyengir, tapi dalem hati terharu. Nah, ini akhirnya netes kan airmatanya. Padahal aku tinggal sama Bapak dan tiap hari pulang loh, cuma gara-gara udah lama nggak ngobrol, sampe Bapak sms gitu, seolah-olah aku nggak tinggal di rumah.
Jadi merasa bersalah jarang pulang. Jadi merasa bersalah punya dunia sendiri di meja belajar. Jadi merasa bersalah manajemen waktu masih berantakan. Seandainya manajemen waktu bagus, kan bisa aja sebenernya tugas tetep beres tapi punya waktu untuk Bapak.
Jadi inget Mama yang belakangan ini seolah-olah 'benci' sama aku. Sengitttt aja bawaannya. Dikit-dikit marah, dikit-dikit jutek. Mau aku bantuin juga tetepppp aja jutek. Aku tau, Mama nggak cuma jengkel karena aku makin jarang bantuin Mama di rumah, tapi Mama kangen sama aku.  Aku yang sejak dulu jadi andalan Mama dan Bapak, buat diskusi, buat cerita, buat ngambil keputusan, buat bantu-bantu apapun, buat dimanjain (iya sampe segede ini aku masih sering dikelonin, dipangku, 'ditimang-timang' lah pokoknya), buat jadi temen... Begitu kuliah, semuanya berubah. Apalagi dengan ada warung di rumah. Bapak dan Mama sekarang sibukkkk banget pas malem. Padahal aku di rumahnya ya malem. Mama seringkali terlalu capek untuk ngurusin rumah, masak juga kadang ga jelas.. Bapak, pas aku berangkat belum bangun, pas aku pulang sibuk kerja. Bapak selesai kerja, aku udah tidur atau tenggelam dalam laporan. Damn I miss my old life.
Sama adek juga gak tambah bagus hubungannya. Dulu masih sering main bareng. Sekarang? Boro-boro. Aku libur, dia sekolah. Dia libur, aku kuliah. Dia libur, aku libur, tugasnya sama-sama segunung. Ketemu seringan berantem. Ampun deh. I miss my sister too badly.
Dua tahun ini adalah masa yang cukup berat untuk aku yang biasanya hidup cukup enak. Kami dulu punya semua yang kami butuhkan : rumah, penghasilan tetap, mobil, waktu, teman-teman, tetangga yang kami kenal, lingkungan yang kami kenal. Sekarang semua berubah. Kami harus bekerja keras bersama-sama untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Rumah kami adalah kontrakan. Kami nggak punya mobil. Kami nggak punya waktu ngobrol, waktu jalan ke mall, waktu jalan ke alam terbuka. Kami nggak kenal siapa-siapa. Kami nggak punya tetangga. Kami nggak tau lingkungan sekitar dengan baik. Dan lingkungan ini bukan tempat yang enak untuk tinggal. Di pinggir jalan raya Jogjakarta - Semarang dengan bus yang menderu-deru sepanjang siang malam, dan bukannya perumahan yang tenang dengan suara anak kecil main sepeda di depan rumah. Bahkan mall pun nggak ada! Cuma 1 untuk seluruh kota. Dulu, ada 7 dalam satu jalan (well, secara teknis ada di 3 kota berbeda sih, tapi berderet gitu loh). Dan kalau dulu weekend bisa bolos sekolah buat day trip ke mana gitu, ke pantai kek, ke gunung kek, sekarang? Kami cuma bisa keluar kalau ada tanggal merah dan NGGAK ADA TANGGAL MERAH BERDERET LEBIH DARI SATU! Seorang sahabatku protes, ini sudah dua tahun dan kamu masih nggak bisa nerima kehidupan di sini? Aku menjawab, two hard years can't replace twelve happy years so easily. Aku nggak punya alasan lain. Itu aja sih..
But if I have to be honest...I should have said that I'm soooo damn luck. Aku sangat bersyukur kami masih bisa hidup layak, tanpa harus terlalu mengencangkan ikat pinggang, karena aku nggak punya ikat pinggang. Tetangga kami yang sedikit pun menyenangkan sebenarnya, mereka sangat mendukung warung kami (bayangin, kalo pengen makan indomie aja beli di tempat kami, padahal mereka punya pembantu!). Rumah yang kami tinggali besar dan nyaman. Teman-temanku di kampus...luar biasa baiknya, too good to be true I say. Aku bener-bener tidak ditinggalkan sendiri. Tuhan itu baiknya luar biasa. Sumpah. Baiiikkkk banget. DIA nggak pernah terlambat, nggak pernah pelit, nggak pernah capek. Rasanya kalau udah inget itu, malu buat ngeluh. Nggak pantes, iya gak sih? Tapi namanya manusia... *membela diri sendiri*
Ah aduh jadi merembet ke mana-mana. Padahal cuma mau cerita betapa romantisnya Bapak kepada anaknya yang bandel ini. Udahan deh. Nanti curhatnya melebar, bahaya.


I love you the most Dad, and I miss you all too :* :* :*

Comments

Popular posts from this blog

Beasiswa LPDP #5 - Persiapan Keberangkatan (PK)

Terima Kasih Tuhan

Surat 1