Senja Kemarin Lusa

Senja hari ini tidak begitu cantik. Langit Selatan berwarna biru, langit Barat berwarna kuning, selebihnya ya begitu-begitu saja, seperti senja. Memang menutup sebuah kisah dan membuka tabir baru, kisah malam. Namun tidak istimewa. Hanya sebuah senja.
Tidak dengan senja kemarin lusa...

Aku menulis ini karena aku sudah janji kepada seseorang untuk mendeskripsikan sebuah senja kepadanya. Senja tercantik yang pernah aku lihat. Baru kali itu aku benar-benar terpesona pada sebuah senja, dan jadi puitis gara-gara mengamati senja. Baru pada saat itu aku memahami kenapa ada orang-orang yang tergila-gila pada senja. Baru hari itu aku mengerti mengapa Stephanie Meyer bisa menulis cerita semenye-menye itu di bawah judul twilight.
Aku mengenal senja hanya dengan sedikit warna. Maksudnya, dalam satu langit senja biasanya hanya didominasi sedikit warna. Satu langit senja didominasi warna kuning. Satu langit senja didominasi warna pink. Satu langit senja didominasi warna oranye. Satu langit senja didominasi warna biru. Satu langit senja didominasi warna kelabu dengan sinar pucat. Atau senja yang warna langit dan cahayanya merah. Aku benci senja yang seperti itu. Menakutkan, seolah-olah sinarnya yang merah itu akan mengiris-irisku sampai berdarah.

Senja Tercantik yang Pernah Kulihat (Selasa, 1 Mei 2012)
Mari kita menghadap ke arah Barat, matahari bersinar, tidak terhalangi awan,  berwarna oranye menyenangkan, tidak menyakitkan mata. Awan menggantung sedikit lebih rendah dibanding matahari, awan yang tidak tebal dan tidak tipis, tetapi memanjang. Awan ini juga bersinar. Keemasan, seperti emas cair yang dituangkan di atas kaca. Langit berwarna kuning keemasan jernih. Tidak ada kabut yang biasanya membuat langit jadi kusam.
Sekarang berputarlah 90 derajat ke arah Selatan. Awan menggantung bergumpal-gumpal di atas sebuah gunung. Well, gunung itu tidak terlihat karena tertutup awan. Langitnya juga tidak terlihat. Awannya berwarna biru, biru kelabu menyenangkan dan menenangkan. Kurang lebih seperti warna bawahan SMA, tapi lebih biru, dan lebih menyenangkan tentu saja. Teksturnya seperti beludru, lembut, dan sepertinya empuk. Lovely.
Sekarang mari berputar lagi ke arah Timur. Langitnya berwarna biru cerah, secerah langit siang hari tanpa awan. Awannya banyak, bergumpal-gumpal tapi terpisah. Dan warnanya pink. Pink-nya bermacam-macam. Ada baby pink yang lembut, ada pink fuschia yang tajam, dan ada pink yang kalau gampangnya diomongin, kebalikannya biru langit. Ya pokoknya gitu deh. Kontras sekali dengan langit yang biru. Yang ada di pikiranku waktu itu adalah anak TK yang mencoret-coretkan cat minyak pink di atas kertas biru. Abstrak, kontras, aneh, tapi cantik.
Oke, terakhir, berputarlah ke arah Utara. Langitnya biru. Awannya kuning. Dan kalau dibayangkan lebih lanjut, seperti suasanya liburan. Aku sudah mulai kehabisan kata-kata nih. Jadi tolong dibayangkan sendiri :D
OH TERNYATA BELUM SELESAI.
Sementara aku berputar-putar mengamati langit di semua sisi...matahari semakin turun. Sekarang sebagian besar langit berwarna biru dan awannya menjadi kelabu. Yang menakjubkan, tepi-tepian awan yang menghadap ke arah Barat belum berwarna kelabu. Ada dua awan yang terlihat seperti pisau di sebelah Barat Daya, berwarna kelabu dengan tepian melengkung...tapi tepian ini berwarna oranye keemasan. Entah kenapa, aku membayangkan burung merpati. Kebanyakan baca cerita Roh Kudus dalam bentuk burung merpati yang menyala-nyala mungkin. Di Selatan, ada segumpal awan di bagian depan yang berwarna kelabu muda, nyaris putih di antara awan-awan biru muda yang sekarang berwarna kelabu gelap. Seperti tidak di situ tempatnya, tetapi malah jadi cantik. Dan di Timur, awannya sudah tidak lagi pink. Yaahhh. Tapi nggak jadi abu-abu juga kok. Jadi ungu. Ungu muda kebiruan yang intensitas warnanya sama dengan pink-nya tadi. Masih cantik. Senja yang sangat, sangat, cantik.

Ah. Aku baca ulang, kesannya jadi berlebihan. Tapi aku masih merasa kalau itu nggak bisa menggambarkan senja kemarin lusa. Jadi gimana ya? Hmm. Gini. Bayangkan sebuah kanvas kosong. Warnai 3/4 dengan warna biru langit, dan 1/4 dengan warna kuning agak oranye. Lalu tambahkan garis emas di bagian yang oranye. Setelah itu, tambahkan secara acah warna biru muda, putih, putih keabu-abuan, abu-abu terang, abu-abu gelap, pink gelap, pink muda, pink, oranye, kuning, kuning keemasan, oranye keemasan, oranye terang, kuning gelap, kuning terang, ungu muda...seperti itulah rupa senja kemarin lusa.
Kalau Anda sampai tersesat dan membaca tulisan ini, kerutkanlah kening dalam-dalam, nggak masalah. Aku tau tulisan ini absurd dan berlebihan, tapi kalau seandainya apa yang aku lihat bisa aku cetak dan aku bagikan, pasti akan aku lakukan, dan aku cukup yakin Anda akan mengerti kenapa aku bisa sampai berusaha untuk mendeskripsikan senja kemarin lusa. Karena senja kemarin lusa adalah senja tercantik yang pernah aku lihat. Senja itu seolah-olah hadiah pribadi untukku dari Tuhan. Lukisan Tuhan-ku.

Thanks Lord, YOU're the best :')

Comments

Popular posts from this blog

Beasiswa LPDP #5 - Persiapan Keberangkatan (PK)

Terima Kasih Tuhan

Surat 1